Pengawetan cara phisis adalah salah satu metode pengawetan makanan tanpa menggunakan bahan kimia. Diantaranya adalah pengeringan, pengawetan dengan sushu tinggi dan pengawetan dengan suhu rendah. Adalah suatu metoda untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Macam-macam Pengeringan :
Terbagi dalam 3 golongan :
Pemindahan panas langsung dari udara panas kepada zat yang akan dikeringkan. Uap yang terjadi langsung bercampur dengan medium pengering.
Panas berhubungan dengan zat melalui medium padat. Uap yang terjadi dikeluarkan secara terpisah dari medium pengering.
Daya pengeringan tergantung dari absorpsi atau trasmisi infra merah.
Berarti membebaskan bahan dari semua mikroba, biasanya pada 121 oC selama 15 menit Jumlah panas harus dihitung à tidak merusak mutu makanan. Adalah perlakuan panas pada suhu yang lebih rendah, dibawah titik didih air. Pasteurisasi dilakukan dalam hal :
Pasteurisasi harus diikuti cara pengawetan lain seperti pendinginan, penambahan gula konsentrasi tinggi atau bahan kimia. Adalah pemanasan pendahuluan yang biasanya dilakukan terhadap buah-buahan dan sayur-sayuran untuk menginaktifkan enzim-enzim di dalam bahan pangan tersebut. Biasanya dilakukan pada suhu 82 – 93 oC selama 3-5 menit.
Ada 2 macam, yaitu Pendinginan (cooling): -2 sampai 10 oC dan Pembekuan (freezing) : -12 sampai – 24 oC Pada prinsipnya pengawetan cara phisis hanya menggunakan perlakuan, yaitu dengan cara menghilangkan sebagian air, pemanasan untuk mematikan mikroorganisme, dan pendinginan atau pembekuan untuk mencegah perkembangbiakan mikroorganisme. Elis Rumini 2021
1. PASTEURISASI
Pasteurisasi
adalah proses pemanasan makanan, biasanya cair, dengan suhu tertentu untuk
jangka waktu tertentu, dan kemudian pendinginan segera. Proses ini memperlambat
pertumbuhan mikroba dalam makanan. Proses pemanasan anggur untuk tujuan
pelestarian telah dikenal di Cina sejak 1117 dan didokumentasikan di Jepang
pada tahun 1568 dalam buku harian Tamonin-nikki, tapi versi modern diciptakan
oleh kimiawan Perancis dan mikrobiologi Louis Pasteur.
Tidak seperti
sterilisasi, pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk membunuh semua
mikro-organisme dalam makanan. Sebaliknya pasteurisasi bertujuan untuk
mengurangi jumlah patogen yang layak sehingga mereka tidak menyebabkan penyakit
(dengan asumsi produk yang dipasteurisasi disimpan sebagai ditunjukkan dan
dikonsumsi sebelum tanggal kedaluwarsa).
Proses
pasteurisasi merupakan proses pemanasan dengan suhu yang relatif cukup rendah
(dibawah 1000C) dengan tujuan untuk menginaktifasi enzim dan
membunuh mikroba pembusuk. Pemilihan proses ini didasarkan pada sifat produk
yang relatif asam sehingga mikroba menjadi lebih sensitif terhadap panas.
Selain itu, penggunaan panas yang tidak terlalu tinggi juga dapat mengurangi
resiko rusaknya beberapa zat gizi seperti vitamin C.
Harus diingat,
bahwa beberapa mikroorganisme bisa membentuk spora yang mampu bertahan pada
suhu tinggi. Pada kondisi penyimpanan yang benar, spora ini tidak bergerminasi,
tetapi pada suhu penyimpanan yang salah (suhu penyimpanan diatas suhu
penyimpanan normal), maka spora tersebut dapat bergerminasi dan menyebabkan
kerusakan makanan kaleng.
Waktu dan suhu sterilisasi bahan pangan tergantung pada jenis wadah yang digunakan, dan kondisi (jenis, komposisi dan kekentalan) bahan pangan yang akan disterilisasi. Sebagai contoh, proses sterilisasi soup memerlukan waktu yang lebih pendek dari proses sterilisasi kornet. Cairan (kuah) soup akan membantu mempercepat proses pindah panas (heat transfer) secara konveksi. Pada sterilisasi kornet, proses pindah panas terjadi secara konduksi sehingga proses pemanasan berjalan lambat. Produk pangan sterilisasi mempunyai umur simpan yang panjang dan dapat disimpan pada suhu ruang, misalnya kornet dan cocktail buah kalengan. Produk juga harus dilengkapi dengan keterangan tanggal kadaluarsa pada labelnya.
1.1.Tujuan dan Metode Pasteurisasi Pasteurisasi tidak mematikan semua mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora. Oleh sebab itu, proses ini sering diikuti dengan teknik lain misalnya pendinginan atau pemberian suhu. Pasteurisasi memiliki tujuan : a) Untuk membunuh bakteri patogen, yaitu bakteri yang berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Bakteri pada susu yang bersifat patogen misalnya mycobacterium tuberculosis dan coxiella bunetti, dan mengurangi populasi bakteri. b) Untuk memperpanjang daya simpan alat-alat medis. c) Dapat menimbulkan citarasa yang lebih baik pada produk susu.
d)
Pada susu proses
ini dapat meng-in active-kan enzim fosfatase dan katalase yaitu enzim
yang membuat susu cepat rusak.
Metode pasteurisasi yang umum digunakan adalah
pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature Short
Time, HTST), yaitu proses pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu
71,7 – 75 °C dengan alat Plate Heat Exchanger. Pasteurisasi dengan suhu
rendah dan waktu lama (Low Temperature Long Time, LTLT), yakni proses pemanasan
susu pada suhu 61 °C selama 30 menit.
Pasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature) yaitu memnaskan susu pada suhu 1310C selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas. Pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu lama (High Temperature Long Time, HTLT) dilakukan dengan cara pemanasan alat-alat medis selama 20 menit pada temperatur 85 – 100 °C dengan menggunakan pemanas (heater). Sedangkan pasteurisasi dengan temperatur rendah dan waktu lama (Low Temperature Long Time, LTLT) dilakukan dengan cara proses pemanasan alat – alat medis pada temperatur kurang dari 85 °C selama 10 menit. 1.2.Pasteurisasi susu
Pasteurisasi biasanya terkait dengan susu.
Pasteurisasi (yaitu, panas dan tegang) krim untuk meningkatkan kualitas menjaga
mentega dipraktekkan di Inggris sebelum 1773 dan telah diperkenalkan ke Boston,
New England, oleh 1773, meskipun tidak secara luas dipraktekkan di AS untuk dua
puluh tahun ke depan. Masih ditulis sebagai sebuah proses baru di surat kabar
Amerika sebagai sebagai akhir 1802.
Pasteurisasi susu disarankan oleh Franz von Soxhlet
pada tahun 1886 . Ini adalah alasan utama untuk kehidupan rak diperpanjang
susu. Suhu Tinggi Waktu Pendek (HTST) pasteurisasi susu biasanya memiliki
kehidupan rak berpendingin dua sampai tiga minggu, sedangkan ultra-pasteurisasi
susu dapat bertahan lebih lama, kadang-kadang dua sampai tiga bulan.
Susu pasteurisasi adalah susu segar yang telah mengalami pemanasan pada suhu di bawah 100oC. Standar pasteurisasi menggunakan suhu 62oC selama 3 menit atau suhu 71oC selama 15 detik. Pemanasan tersebut bertujuan mematikan bakteri – bakteri patogen, sehingga susu pasteurisasi dalam jangka waktu tertentu aman untuk diminum tanpa harus dipanaskan lagi. Pada penyimpanan dingin ± 4oC, susu pasteurisasi tidak rusak dalam waktu ± 7 hari (Hadiwiyoto, 1994). 2. DISINFEKTAN
Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi
atau pencemaran oleh jasad renik
atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat
toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan.
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya lama paparan, suhu,
konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya
bahan pengganggu. pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas
disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas
disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10. Contoh senyawa pengganggu yang
dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organik. Syarat ideal suatu disinfektan yaitu :
2.1.Penggunaan Desinfektan Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat (Imbang, 2009).
a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : Golongan pertama
Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :
Golongan kedua a). Desinfektan yang melepaskan klorin.
Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih,
eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro
isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih) b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)
2.2.Jenis – Jenis Disinfektan 2.2.1. Golongan Aldehyde
Sebagai desinfektan glutaraldehid membutuhkan
konsentrasi 1-2%, aktif terhadap bakteri, virus dan jamur, bila waktu kontak
cukup dapat membunuh spora bakteri. Tidak nyaman digunakan karena uapnya cukup
beracun dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan, hal ini dapat
menyebabkan gejala asma pada orang yang sensitif. Cara Kerjanya : Ø Alkilasi membran dan inti sel memberikan gugus alkil pada senyawa yang diserang sehingga senyawa tersebut mengalami kerusakan Ø Pada membran sel glutaraldehid menyerang gugus amin (-NH) & gugus thiol (-SH) sehingga struktur membran sel rusak
Ø Pada inti sel glutaraldehid merusak atom Nitrogen (N)
pada cincin basa purin pembentuk asam inti.
Formaldehida atau
dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%.
Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada
konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan
iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba
dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa
organik.
Formaldehida
merupakan senyawa organik dengan rumus CH2O. Ini adalah aldehida
yang paling sederhana, maka nama IUPAC-nya metanal. Formaldehida adalah gas
tidak berwarna dengan bau menyengat yang khas. Ini merupakan prekursor penting
bagi banyak senyawa kimia lainnya, terutama untuk polimer. Dalam pandangan luas toksisitas, penggunaan dan volatilitas, paparan formaldehid adalah pertimbangan signifikan bagi kesehatan manusia. Pada tanggal 10 Juni 2011, Program Toksikologi Nasional AS telah digambarkan formaldehida sebagai "dikenal sebagai karsinogen manusia". 2.2.3. Phenol
Phenol
murni sebagai antiseptik sudah tidak dipakai lagi, penggunaan sebagai
desinfektan masih dipertahankan. Derivatnya adalah Chlorinated cresols,
Phenolmercuric compounds. Penggunaan sebagai desinfektan mulai dibatasi karena
bersifat sitotoksik juga terhadap sel mamalia.
Cara
kerja senyawa phenol : dengan cara mengganggu dinding sel, menyebabkan
denaturasi protein pada membran dan sitoplasma, serta menonaktifkan
enzim-enzim. Akibatnya protein-protein sel akan menggumpal dan tidak berfungsi
sehingga menyebabkan kematian sel.
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam
konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. 2.2.4. Quats
Adanya
aktivitas quats struktur membran sel terganggu dan menjadi tidak selektif lagi.
Membran sel tidak dapat menahan masuknya racun-racun dari luar sel, begitu pula
komponen penting dari dalam sel akan keluar, akhirnya sel mengalami kematian. Keuntungan.
·
Broad spektrum
untuk bakteri dan virus
·
Tidak berwarna,
tidak bau, non korosif, non volatil, punya efek residu yang baik, non
toksisitas, non staining, non bleaching, menghasilkan iritasi minimum.
·
Terbiodegradasi
dengan baik, range pH luas (2-12), aman untuk sanitasi air minum unggas
(40-100ppm), tidak dipengaruhi oleh suhu, baik digunakan pada air sadah, mudah
dicampur dalam air Cara Kerjanya : Quats bekerja dengan cara merusak membran sel sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran sel. Pada kondisi normal, membran sel bersifat permeabel (selektif) terhadap zat-zat kimia tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme. 2.2.5. Amonium kuartener
Amonium
kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya. Umumnya yang digunakan adalah en:cetyl
trimetil ammonium bromide
(CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida. Amonium kuartener dapat digunakan
untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri
gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam). 2.2.6. Kalium permanganat Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae. 3. ANTISEPTIK
Antiseptik
atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran
mukosa. Antiseptik
berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati.
Efektivitas
antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor,
misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau
penyerapan komponen antiseptik. 3.1.Jenis – Jenis Antiseptik Banyak zat kimia yang digolongkan sebagai antiseptik. Berikut antiseptik yang umumnya digunakan :
Dalam pemilihan suatu antiseptik, perlu
diperhatikan karakteristik yang diinginkan (misalnya absorpsi dan daya tahan),
keamanan, efektivitas, ketersediaan, penerimaan oleh staf dan yang terpenting
biayanya (Boyce dan Pitter 2002; Larson 1995; Rutala 1996). 3.1.1. Hidrogen Peroksida (H2O2)
Hidrogen
peroksida (H2O2) adalah cairan bening , agak lebih kental daripada air, yang merupakan oksidator kuat. Sifat terakhir ini dimanfaatkan manusia sebagai
bahan pemutih (bleach), disinfektan, oksidator, dan sebagai bahan bakar roket.
Hidrogen
peroksida dijual bebas, dengan berbagai merek dagang dalam konsentrasi rendah
(3-5%) sebagai pembersih luka atau sebagai pemutih gigi (pada konsentrasi
terukur). Dalam konsentrasi agak tinggi (misalnya merek dagang Glyroxyl®)
dijual sebagai pemutih pakaian dan disinfektan. Penggunaan hidrogen peroksida
dalam kosmetika dan makanan tidak dibenarkan karena zat ini mudah bereaksi
(oksidan kuat) dan korosif.
Sebagai
antiseptik untuk membersihkan debris-debris pada luka lama, bisul dan luka
bernanah. Short acting antiseptic artinya kerja antiseptik ini pendek. Dapat
diaplikasikan sebagai : Wound dressing (hidrogen peroksida 3%), tetes telinga
2%, namun punya rentag efektifitas 3-7%.
Sensitif pada bakteri aerob (gram
positif dan gram negatif). Kurang sensitif pada pyogenic cocci dan spora. Efek
sampingnya adalah iritasi kulit dan mukosa sifatnya sementara. Cara kerjanya : Mengoksidasi komponen-komponen sel mikroorganisme seperti ; protein, lemak dinding sel dan asam nukleat. Hampir seluruh bagian sel terpengaruh.Komponen sel yang teroksidasi mengalami perubahan struktur sehingga tidak berfungsi semestinya. 3.1.2. Iodine (Golongan Halogen)
Biasanya
digunakan untuk irigasi intraurine dan vaginal ( ≤ 0.2% ). Iodine tincture USP
mengandung 2% iodine dan 2,4% sodium
iodida dalam alcohol. Antiseptic paling
aktif untuk kulit yang tidak mengalami gangguan, reaksi hipersensitivitas
tinggi dan efek staining. Cara Kerja : Oksidasi, Protein, lemak dan asam nuklet bila teroksidasi akan mengalami parubahan struktur dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Proses oksidasi menghasilkan efek yang cepat (< 3 menit) . disarankan lebih baik waktu kontak minimal 10 menit. 3.1.3. Iodophore (Golongan Halogen)
Iodophore
adalah persiapan yang mengandung iodine dikomplekskan dengan agen pelarut,
seperti surfaktan atau povidone (membentuk povidone-iodine). Hasilnya adalah
bahan yang larut dalam air yang melepaskan yodium bebasketika dalam larutan.
Iodophors disiapkan oleh pencampuran yodium dengan agen pelarut, panas dapat
digunakan untuk mempercepat reaksi.
Iodophor
sering digunakan oleh pembuat bir dan pembuat anggur untuk membersihkan peralatan
dan botol. Keuntungan utamanya atas pembersih lainnya adalah bahwa ketika
digunakan dalam proporsi yang tepat menguap langsung dari solusi ke gas, dan
karenanya tidak meninggalkan residu. Namun, juga dapat meninggalkan noda
oranye-coklat pada bagian plastik dan
peralatan yang dibiarkan kontak dengan.
Hal
ini sering diberikan dalam konsentrasi yang berbeda dan selanjutnya diencerkan
dengan air sebelum digunakan. Label akan menyarankan rasio pengenceran yang
sesuai, 1:1000 atau 1:100 umumnya. Peralatan yang akan dibersihkan harus
benar-benar bersih dan kiri dalam kontak dengan larutan selama minimal 2 menit.
Iodophore
bisa dikatakan sebagai senyawa komplek iodine dengan agen aktif permukaan
seperti polivinyl pyrrolidone (PVP;povidone-iodine). Iodine berada dalam bentuk
terikat oleh surfaktan dan akan dilepaskan perlahan-lahan saat penggunaan. 3.1.4. Clorine
Senyawa
klorin
yang paling aktif adalah asam
hipoklorit. Mekanisme
kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat . Kelebihan dari clorine ini adalah mudah digunakan, dan
jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas,
meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Bekerja
sebagai agen oksidasi kuat, bekerja cepat dan spektrum luas, digunakan pada
tempat berventilasi. Tersedia dalam bentuk cair dan granul; a. Cairan Sodium hipoklorit, 0,5%, 4%, 5-15% klorin (bleach) b. Kalsium hipoklorit, 65-70% klorin c. Bentuk cair stabil pada konsentrsi maksimal 7% (pada konsentrasi 8-15% bertahan 2 minggu setelah pembuatan).
d.
Klorin kering lebih stabil pada tempat kering 3.1.5. Alkohol
Dari
golongan alkohol yang paling sering digunakan sebagai antiseptik adalah alkohol ethanol (70%), methanol (70-80%). Aktivitas alkohol
meningkat dengan bertambahnya panjang rantai pada struktur dan bertambahnya
bobot molekul.
Cara Kerjanya : melarutkan lipid pada membran sel dan menyebabkan
denaturasi protein mikroorganisme.
Etil dan
isopropil alkohol 60-90% merupakan antiseptik yang baik dan mudah diperoleh
serta murah. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit. Juga
efektif terhadap virus hepatitis dan HIV, jangan dipakai untuk selaput lendir
(misalnya di vagina), karena alkohol mengeringkan dan mengiritasi selaput
lendir dan kemudian merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman. Etil atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi lebih tinggi, lebih murah dari yang konsentrasi lebih tinggi. Karena pengeringan pada kulit kurang, etil alkohol lebih sering digunakan pada kulit. Keuntungan :
Kerugian :
3.1.6. Triclosan
Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa
ditemui dalam sabun, obat kumur, deodoran, dan lain-lain. Triclosan mempunyai
daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat melawan berbagai macam bakteri)
dan mempunyai sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja triclosan
adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan kekuatan dan
fungsinya.
Triclosan adalah bahan kimia yang ditambahkan ke
dalam beberapa produk yang berfungsi sebagai antikuman. Triclosan sudah
digunakan sejak 40 tahun yang lalu. Mula mula, triclosan digunakan di rumah
sakit sebagai bahan antikuman. Penggunaan pada produk rumah tangga baru
dilakukan secara meluas sejak 15 tahun yang lalu.
Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat atau FDA saat ini
sedang meneliti efek berbahaya dari triclosan. Banyak yang beranggapan bahwa
triclosan bertanggung jawab atas pencemaran air minum di Amerika dan efek
resistensi kuman terhadap antibiotika. Meskipun FDA tetap beranggapan bahwa
triclosan aman digunakan pada manusia, tetapi penelitian tentang efek berbahaya
dari triclosan masih terus berlangsung.
Penentang keputusan FDA tentang keamanan triclosan beranggapan bahwa
pada penelitian terhadap binatang percobaan, triclosan menganggu hormon yang
berfungsi pada pertumbuhan otak dan alat reproduksi. Gangguan ini akan menyebabkan
seseorang kesulitan dalam belajar dan mandul. Selain itu, triclosan
juga diduga bertanggung jawab atas maraknya resistensi kuman terhadap antibiotika. Triklosan adalah subtansi tidak berwarna yang terdapat dalam sabun sebagai antimikrobial. Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas antimikrobial sedang terhadap koki gram positif, mikobakteria dan jamur, tapi tidak terhadap baksil gram negatif, khususnya P aeruginosa (Larson 1995). Meskipun perhatian ditujukan pada resistensi terhadap bahan ini bisa berkembang lebih siap dari bahan antiseptik lain, resistensi pada flora kulit tidak ditemukan penelitian klinis sampai saat ini. Keuntungan :
Kerugian :
3.1.7. Asam Borat (Boraks)
Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak
mengiritasi jaringan. Zat ini dapat digunakan secara optimum saat dilarutkan
dalam air dengan perbandingan 1:20.
Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai
industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan
keramik. Ia tidak berwarna dan gampang larut dalam air. Gelas pyrex yang terkenal kuat bisa memiliki
performa seperti itu karena dibuat dengan campuran boraks. Kemungkinan besar
daya pengawet boraks disebabkan oleh senyawa aktif asam borat.
Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik lemah
yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan
asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada boraks.
Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. 3.1.8. Garam Merkuri
Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk mencuci tangan
dengan perbandingan dalam air 1:1000.. Senyawa ini dapat membunuh hampir semua
jenis bakteri dalam beberapa menit.. Kelemahan dari senyawa ini adalah
berkemungkinan besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang
sangat kuat. 3.1.9. Klorheksidin Glukonat (CHG) Klorheksidin glukonat adalah antiseptik yang sangat baik. Ia tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian dan aman bahkan untuk bayi dan anak. Karena klorheksidin glukonat diinaktivasi oleh sabun, aktivitas residualnya bergantung pada konsentrasinya. Konsentrasi 2-4% merupakan yang dianjurkan. Formulasi baru 2% dalam air dan 1% klorheksidin tanpa air, dicampur alkohol juga efektif. Keuntungan :
Kerugian :
3.1.10. Kloroheksilenol Kloroheksilenol (para-kloro-metaksilenol atau PCMX) adalah devisi halogen dari silenol yang luas tersedia dalam konsentrasi 0,5-4%. Kloroheksilenol memecahkan mikroorganisme dengan memecah dinding sel. Hal ini merupakan penghapus kuman yang beraktivitas rendah (Fevero, 1985) dibandingkan dengan alkohol, yodium, iodofor dan kurang efektif dalam menurunkan flora kulit daripada CHG atau iodofor (Sheen dan Stiles, 1982). Karena ia menembus kulit, dapat beracun jika dioleskan pada beberapa bagian dari tubuh, dan tidak boleh digunakan pada bayi. Meskipun, produk komersil dengan kloroheksilenol dengan konsentrasi di atas 4% tidak boleh digunakan. Keuntungan :
Kerugian :
Sterilisasi Sterilisasi merupakan proses mematikan semua organisme termasuk bakteri- bakteri,spora bakteri,kapang dan virus,secara kimia atau secara fisika serta mencegah organisme tersebut agar tidak kembali hidup. Metode- metode sterilisasi : A.Metode sterilisasi panas Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan autoklaf atau pemanasan kering dengan oven.
Sterilisasi uap tekanan tinggi : Metode sterilisasi yang efektif untuk mensterilkan instrumen dan alat- alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Contoh, autokalf Sterilisasi panas kering (oven) : Membutuhkan listrik terus-menerus, kurang efektif di daerah terpencil,digunakan pada benda-benda gelas atau logam,karena akan melelehkan bahan lainnya.
Penguapan adalah sterilan yang efektif karena 2 alasan yaitu :
Paling efektif ,waktu sterilisasi lebih pendek daripada panas kering atau siklus kimia. Kekurangan Membutuhkan sumber panas yang terus-menerus, membutuhkan peralatan yang butuh perawatan serius, bahan plastik tidak tahan suhu tinggi.
Digunakan apabila dengan sterilisasi panas kering atau sterilisasi tekanan tinggi akan merusak objek tersebut atau peralatan tidak tersedia. Kelebihan Larutan glutyaraldehid dan formaldehid tidak begitu mudah dinonaktifkan oleh materi organik, kedua larutan ini digunakan untuk instrumen yang tidak tahan sterilisasi panas,seperti leparoskop
Glutaraldehid mahal harganya. Formaldehid tidak dapat dicampur dengan clorin karena memproduksi gas berbahaya.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
- Pemanasan
- Penyinaran dengan UV Sunar ultra violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior safety cabinet dengan disinari lampu UV.
biasanya menggunakan senyawa
desinfektan seperti yang dijelaskan sebelumya. Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atau mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan kesuatu saringan (ditekan dengan gaya setrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.
Sterilisasi dengan udara panas (dry heat sterilization) Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur dan labu Erlenmeyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
4. PERBEDAAN STERILISASI DAN DISINFEKSI Sterilisasi 1. Semua mikroba termasuk spora bakteri akan terbunuh.
Desinfeksi tingkat tinggi
Desinfeksi tingkat rendah Akan menghilangkan jumlah mikroba sehingga peralatan atau permukaan badan aman untuk dipegang. Desinfeksi ini dapat dilakukan dengan beberapa macam disinfektan(Signaterdadie, 2009) DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2007. Pasteurisasi. http://ptp2007.wordpress.com/category/pasteurisasi. diakses tanggal 8 Oktober 2011. Kustiningsih, Heris. 2010. Susu Pasteurisasi. http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbpkh_cinagara/index.php?option=com_content&view=article&id=66:susu&catid=32:kesmavet&Itemid=47. Diakses tanggal 8 Oktober 2011. Mulyani, Diyah Yuyun Sri. 2008. Uji Organoleptik Dan Kadar Vitamin C Dodol Susu Pasteurisasi Dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera). Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Rahardjo, Pratolo.2010. Sistem Pengendali Temperatur Untuk Proses Pasteurisasi Alat-Alat Medis.Bukit Jimbaran: Fakultas Teknik, Unud. Vol. 9 No.1. Wirawan, I Made Cock. 2010. Keamanan Triclosan Dipertanyakan. http://www.blogdokter.net/2010/04/14/keamanan-triclosan-dipertanyakan. diakses tanggal 8 Oktober 2011 http://pelajaranilmu.blogspot.co.id/2012/04/pasteurisasi-sterilisasi.html |